Rabu, 09 Februari 2011

SEGALANYA UNTUK TASYA


Sinopsis Cerpen”Segalanya Untuk Tasya”
Widyawati Puspita Dewi
            Cerita ini berawal dari sakitnya Tasya yang akhirnya membuat Marsha terikat perjanjian dengan mamanya sendiri yang nyatanya sudah tiada. Marsha terikat perjanjian dengan mamanya demi kesembuhan adiknya. Dalam perjanjian tersebut Marsha harus melakukan kebaikan selama seratus hari kepada orang lain. Yang kenyataannya membuat Marsha berubah total dari sifat-sifat sebelumnya, yang dulu pemarah sekali sekarang menjadi lebih peduli dan sabar.
            Marsha pun mulai melakukan kebaikan-kebaikan kepada orang lain. Disebuah pantai nelayan di Jawa Tengah Marsha melihat anak kecil kira-kira umurnya baru 10 tahun. Mata anak kecil tersebut menyorot tajam kearah Marsha. Tiba-tiba, “Hadi…Hadi” sebuah teriakan memecahkan keheningan diantara debuaran ombak. Seorang wanita umur 40 tahun datang mendekat. “Pasti kau belum makan. Sabar ya, Ibu masih menunggu sisa ikan yang tak laku dilelang.”
            Saat  malam tiba Marsha pun menyalakan lilin. Setelah lama menunggu akhirnya mamanya muncul selalu dengan senyum. “sekarang ceritakan kepada Mama bagaimana harimu?” “Aku sedikit member uang kepada Hadi, anak dipantai tadi. Hadi dan ibunya belum makan, sementara mereka belum tentu dapat sisa ikan yang tak terjul dilelang. Ya, paling tidak untuk beli makan.” “Hari ini hari ke 70 Sha, kamu harus bersabar.”
            Pada hari ke 80 Marsha bercerita kepada Tasya kalau mobilnya ditabrak angkot . “kalau aku jadi kakak, pasti sudah kumaki-maki sopirnya. Nabrak mobil orang kok seenaknya. Bikin repot.” “Hitung-hitung amal Sya.” Kata Marsha sambil tertawa. Malamnya Mama datang lagi. Kali ini mama memberi ujian yang sangat berat untuk Marsha. “ apa kamu siap berkorban sekali lagi untuk tasya? Relakah kamu jika Tasya menginginkan Hessel?” “Jangan paksa aku Ma. Aku mohon. Mama boleh minta yang lain dari aku. Ma. Tapi…tapi jangan hessel.”  Untuk pertama kalinya Marsha merasa sangat putus asa. Marsha memang sangat menyayangi Tasya tapi juga mencintai Hessel. “Tak ada tawar-menawar lagi Mama tak punya pilihan yang lebih baik untuk aku. Dan aku… tak punya tenaga untuk menolaknya.”
            Hari ke 99 Marsha membujuk Tasya agar mau menerima Hessel. “ Kak, Tasya tak akan melakukannya. Tidak akan. Suara tasya tegas.” “ Sya, ayolah.. kamu jujur. Kamu sayang kan sama Hessel? kamu cinta dia kan?” “Kak, aku tak bisa.” Tasya bangkit dari tempat duduknya. Sia-sia marsha membujuknya. Tasya tak mau mendengarkannya.
            Pada hari terakhir Marsha mencoba membujuk Marsha kembali. “ Dengar Tasya aku sangat sayang padamu. Aku sudah berjanji pada Mama untuk menjagamu, menyayangimu seumur hidupku. Biar aku membuktikannya selama ini mama melihat menghitung sertiap perbuatan yang ku lakukan baik pada orang lain maupun padamu.” “Maksud Kak, Marsha?   tergagap Tasya bertanya. Mama sudah meninggal,kak. Maksud kak marsha apa?”
            Karena Marsha tidak tega melihat adiknya akhirnya Marsha pun bercerita bahwa dia melakukan perjanjian dengan mamanya selama 100 hari. Tasya bertanya. “Kenapa? Untuk Apa?” “ jika aku aku bisa melakukan perbuatan baikku sampai hari yang ke 100 maka aku akan membantu kesembuhanmu. Kamu akan diberi waktu lebih panjang lagi didekat aku. Di dunia ini. Jadi, tolong Sya, terima Hessel hari ini.  Hari ini adalah hari terakhir kesepakatan itu.” Malam harinya Marsha menyalakan lilin kermbali. “ Marsha… Mama datang, mulai besok Mama tidak akan menemuimu lagi tugas mama sudah selesai.” Sejak malam itu mamaya Marsha tidak pernah datang lagi. Dan Tasya tetap ada disamping Marsha, hidup bersama. Dan Hessel bukan untuk mereka.










Analisis Cerpen “ Segalanya Untuk Tasya”
Dengan Menggunakan Pendekatan Struktural

            Setiap helai rumput setiap butir pasir Tuhan menghitungnya. Setiap detik waktu setiap hela napas Tuhan memberikannya. Setiap nada cinta setiap warna hidup Tuhan menciptanya. Setiap perbuatan setiap kebaikan tuhan membalasnya. Walau harus melakukan dan merelakan apapun yang dimiliki, pengorbanan dan kasih sayang seorang kakak kepada adiknya tak akan tergantikan. Seperti apa yang dilakukan Marsha dalam cerpen yang berjudul “ Segalanya Untuk Tasya.” Marsha melakukan kebaikan dengan penuh kesabaran.
            Dalam cerpen tersebut ada 3 tokoh yang terlibat yaitu Marsha, Tasya dan Mama. Marsha adalah seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya dan lebih dewasa dalam menghadapi suatu persoalan. Walau sebenarnya Marsha yang dulu adalah seorang kakak yang pemarah dan gampang emosi. Seperti dalam kutipan berikut “ Kak Marsha sekarang berubah sekali. Dulu kakak kan pemarah sekali, selalu emosional. Tasya ngga ngerti kenapa kakak berubah hamper setahunan inilah.” Tasya adalah adik yang selalu riang tetapi dia mudah menangis apabila ada suatu hal yang dia hadapi. Sedangkan mama adalah ibu yang penuh kasih sayang dan ingin kedua anaknya hidup bahagia walau kenyataannya mama sudah tiada tetapi dia selalu ada didekat mereka.
 
            Waktu terjadinya cerpen ini yaitu disebuah pantai nelayan di Jawa Tengah Marsha melihat anak kecil kira-kira umurnya baru 10 tahun. Mata anak kecil tersebut menyorot tajam kearah Marsha. Tiba-tiba, “Hadi…Hadi” sebuah teriakan memecahkan keheningan diantara debuaran ombak. Seorang wanita umur 40 tahun datang mendekat. “Pasti kau belum makan. Sabar ya, Ibu masih menunggu sisa ikan yang tak laku dilelang.”
            Setiap malam Marsha selalu menyalakan lilin dan saat lilin nyala saat itu pula Mama datang menghampirinya dan menanyakan kebaikan apa yang sudah dilakukan seperti pada kutipan terserbut.
“sekarang ceritakan kepada Mama bagaimana harimu?” “Aku sedikit member uang kepada Hadi, anak dipantai tadi. Hadi dan ibunya belum makan, sementara mereka belum tentu dapat sisa ikan yang tak terjul dilelang. Ya, paling tidak untuk beli makan.”
            Marsha menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada adiknya, seperti pada kutipan berikut. “iya, Mama datang Sya, setiap malam aku bertemu dengan Mama setiap aku menyalakan lilin di kamar. Kami ngobrol. Mama memberi penawaran padaku. Selama 100 hari aku harus berbuat baik kepada orang lain. Setiap malam Mama akan datang membawa satu buku catatan amal dan dosa. Jika satu hari saja aku tak berbuat baik pada orang lain, maka perbuatan baikku sebelumnya akan terhapus hitungannya. Harus mulai dari awal hitungan lagi dan hanya ada tiga kesempatan untuk mengulang dari awal.” Hal tersebut membuktikan bahwa sudut pandang yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama. Karena yang bercerita adalaah tokoh utama.
            Akhirnya, setelah Marsha selesai melakukan kebaikan selama 100 hari. Mamaya Marsha tidak pernah datang lagi. Dan Tasya tetap ada disamping Marsha, hidup bersama. Dan Hessel bukan untuk mereka. Ini membuktikan bahwa dalam melakukan sesuatu apabila dilakukan dengan sepenuh hati dan dengan penuh kesabaran  maka, apapun yang diinginkan akan berbunga dan berbuah pada waktunya.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar